Kamis, 13 Desember 2012

Malaysia Juara Suap Menyuap

Responden ditanya apakah mereka kehilangan kontrak bisnis gara-gara kompetitornya membayar uang sogok.

Survei terbaru Transparency International yang dikutip oleh The Wall Street Jorunal, Selasa, (11/12) kemarin menyimpulkan Malaysia merupakan juara dalam urusan suap menyuap. 

Survei ini digelar oleh Transparency International dengan mewawancara 3.000 eksekutif perusahaan di 30 negara. Kepada mereka ditanyakan apakah selama 2012 ini mereka kehilangan kontrak bisnis gara-gara kompetitor mereka menyogok. Di Malaysia, 50 persen responden menjawab pertanyaan ini dengan 'ya' -- dan ini merupakan rekor tertinggi dari seluruh negara yang disurvey.

Indonesia, negara yang selama ini dikenal sebagai jagoan korupsi, ternyata menduduki posisi yang lebih terhormat: hanya 47 persen responden menjawab 'ya'. Posisi Indonesia sedikit lebih baik ketimbang Mexico yang 48 persen eksekutifnya mengaku kehilangan bisnis lantaran pesaingnya membayar uang pelicin.

Dalam survey ini, Jepang menjadi negara paling bersih: hanya dua persen responden yang menyatakan kehilangan bisnis gara-gara suap. Dan Singapura, negara yang diapit Malaysia dan Indonesia, menduduki peringkat kedua terbersih, dengan hanya sembilan persen responden menjawab 'ya'. Sementara itu, 27 persen eksekutif di China mengaku kehilangan kontrak setalah pesaingnya melakukan sogokan.

"Survei in menunjukkan tabiat perusahaan di Malaysia, memberi sinyal bahwa praktek suap menyuap sudah sistemik, atau bahkan melembaga," kata Paul Low, Presiden Transparency International Malaysia.

Menurut Ravindran Devagunam, Direktur Pencegahan Korupsi pada Pemandu, sebuah lembaga think-tank pemerintah, sejak memerintah pada 2009, Perdana Menteri Najib Razak bertekad membasmi korupsi dan merebut kembali kepercayaan publik. Ratusan kasus diselidiki. Pemerintahan Najib juga telah menetapkan pengadilan khusus korupsi dan memberi hukuman yang keras bagi para koruptor.

Meskipun demikian, indeks persepsi korupsi Malaysia yang diukur oleh  Transparency International terus merosot dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011, index Malaysia mencapai 4.3, turun sedikit dari ideks tahun 2010 yang mencapai 4,4 -- tapi melorot cukup jauh dari target benchmark yang ditetapkan pemerintah: 4.9.

Berikut persentase responden yang mengaku kehilangan bisnis gara-gara kompetitornya membayar uang sogok, di sejumlah negara, seperti dikutip dari The Wall Street Journal.

1. Jepang 2 persen
2. Singapura9 persen
3. Hongkong 10 persen
4. Korea Selatan 11 persen
5. Philipina19 persen 
6. Jerman20 persen
7. China27 persen
8. Amerika Serikat30 persen
9.India36 persen
10. Indonesia47 persen
11.Meksiko48 persen
12.Malaysia50 persen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar